| Terimakasih atas kunjugnan sobat bloger, Semoga artikel-artikel yang saya buat dapat bermanfaat | Sobat bloger juga dapat melihat semua isi artikel saya di menu Daftar Isi | Dan saya memohon doa sobat sekalian agar saya dapat mewujudkan tujuan dan cita - cita saya ^^ Terimakasih, Salam Bloger |

Jumat, November 23, 2012

thumbnail

Contoh Cerpen Non Fiksi

Baik lah sobat bloger yang berbahagia, ini merupakan salah satu cerpen buatan saya juga yang non fiksi. Oke kalu begitu langsung saja, selamat membaca hehe ^^



Dahulu di sebuah desa grobogan, aku masih berumur 6 tahun, tinggi ku pun kurang dari 1 meter, dan nyali ku pun masih kurang besar, namun aku punya segudang tantangan untuk di lakukan bersama teman – teman ku.

Nama ku adalah Habiburrahman yang ketika besar nanti akan menja
di professor yang merubah masa depan, dan teman – teman ku yang bernama Tarto diya lebih tua dari ku satu tahun dalam peraturan adat kami, aku memamanggil nya manggilnya Kang Tarto, lalu teman ku satunya lagi bernama Irin aku memanggilnya Mas Irin diya juga lebih tua dari ku satu tahun, ada juga yang bernama Huda, aku pun memanggil nya Mas Huda, diya memiliki kesukaan yang sama dengan ku yang tertarik akan IPTEK, lalu di susul dengan teman – teman sebaya dan yang lebih muda dari ku Emo, Weit, dan adik ku sendiri yang bernama Aziz.

Suatu hari seperti biasa adalah kegiatan rutin kami setelah pulang sekolah,… yaitu bermain dan berpetualang. Aku pun bergegas untuk berkumpul dengan teman – teman aku.
aku bertanya “ake neng ndi ki ??” yang artinya mau kemana ni,.
Sintak Kang Tarto menjawab “yo wes kita ngguleg walang ajja”,
lalu kami ber 6 pergi ke persawahan para petani,.. kali ini kami mencari belalang,.. sekaligus membantu petani memberantas hama, target kami adalah belalang yang ada telurnya dan yang besar,.. siapa yang paling banyak dapat dia akan menjadi orang yang terkesankan, kami berjalan melewati pesisir sungai dan menyebranginya. Akhirnya tiba lah kami di tempat tujuan, itu pun terasa sangat mengasik kan, di sana hanya ada perswahan dan pohon – pohon jati yang rindang dan tak ada semak semak di sekitar phon ter sebut, sejauh mata memandang. Kami pun berpencar untuk mencari belalang buat di kumpulkan. Tak jauh aku bejalan aku melihat belalang betina sangat besar yang ada di atas pohon jati yang tinggi nya kira – kira satu meter, aku bisa tahu kalau itu betina karena belalang betina lebih besar dari yang jantan, dan ekornya pun tidak runcing atau lancip, ku cari ranting pohon jati lalu diam diam aku meng endap – endap dan
“PRAkkk” ku pukul belalang itu,
namun sayang sekali pukulan ku meleset dan belalang itu terbang, tapi untungnya ketika aku memukul belalang tadi bulu sayapnya terpotong sebelah dan dia tidak bisa terbang dengan normal, akhirnya aku kejar lagi belalang itu sampai - sampai menginjak tanaman tembakau milik petani, kebetulan juga petani itu sedang istirahat di pondok persawahannya akupun kena marah sama petani itu, dan mengalihkan pandangan ku sejenak terhadap belalang buruanku tadi. Selesai, aku cari cari lagi belalang tadi dengan cara membuat suara brisik dengan menyapu daun – daun jati yang kering akhirnya ketemu, dia pun terbang pendek, sekali lagi aku melangkah dengan meng endap – endap
“Traaap kresekk kresekkk !!” aku melompat dan menangkap bealang itu dengan ke dua tangan ku.
Kulihat di balik tangan ku “yeaah entog – entog aku entog walang,.” Sintak ku
Teman – teman berdatangan.
“ndi cobo buka tangan mu,.. tag ndelo’o,..” tanya teman ku weit, ku buka tangan ku perlahan sambil memegangi belalang itu,.
“wah iyo mas, hebat koe entog walang gede” ucap adik ku
Dan akhirnya perjuangan ku, aku mendapatkan seekor belalang,. Hati ku pun senang dan riang sekali, lalu ku patah kan kaki belalang yang tajam – tajam itu, ia pun mengeluarkan darah berwarna hijau. Tak lama kemudian adik ku pun mendapatkan seekor belalang jantan. Di susul dengan teman ku weit dan mas huda. Kami melanjut kan mencari belalang sambil men cari pring (ranting bambu yang sudah kering). Kami pun merasa kelelahan setelah lari sana – sini mengejar belalang, tapi itu cukup banyak membuahkan hasil. Kami pun ber istirahat sambil membuat pondok yang tidak terlalu besar.
lalu aku pun merasa haus “mas Huda kancani aku neng kali aku ake ngombe seg, ngorong aku ki” ucap ku mengajak mas huda untuk menemaniku ke sungai untuk minum.
“yo tak kancani,..” sintak mas huda menjawab ajakan ku.
Aku pun turun untuk mengambil air minum, Mas huda menunggu ku di atas. Tiba – tiba air bah datang dari ujung sungai terlihat oleh mas huda
Sintak dia berkata “bib,.. munggah !!?!! melayu songkoh kono,.. ndelog oo ono bah,..”
Aku pun terkejut mendengar teriakan mas Huda, dengan gopoh dan ter gesa –gesa aku pun naik ke atas namun terpeleset aku merasa was – was kucoba naik kembali, namun terpeleset lagi, sintak mas huda pun mengulurkan tangannya dan menolong ku.
Aku pun tertolong dan sambil tertawa namun merasa was – was dan tidak tenang dalam hati ku. Kami kembali ke per istirahattan. Tiba – tiba hari mendung dan awan perlahan mulai mengumpul. Tetesan air pun terasa di kulit ku, perlahan namun past.i hujan turun dikit demi sedikit. Pondok kami pun belum juga jadi, aku pun membantu mereka mencari kayu – kayu yang bisa menjadi penyangga dan mencari pelepah pisang yang sudah kering serta tanaman rambat untuk di jadikan sebagai tali. Kami bekerja sama untuk membuat pondok yang hampir jadi yang muat untuk enam orang. Mencari daun jati yang lebar – lebar untuk atap pondok kami.
          Akhirnya setelah bekerja keras membangun sebuah pondok diatas pasir putih selesai juga. Hujan mulai lebat, kami pun menunggu sambil bakar belalang yang telah  kami dapat kan tadi,.. banyak se kali,.. aku berkata kepada teman – teman “bukan ne engko tawar walangnge ???”
Sintak Mas irin “tenang aja aku nggowo uyah,..”
“wah apek lah nag ngono” sintak kami ber lima,.
Tak terasa hujanpun berhenti kami pun pulang, petualanggan yang menyenangkan.

Karya : Habiburrahman (Admin)

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

4 Comments